Menurut data BPS, persentase masyarakat Indonesia yang aktif berolahraga berdasarkan data statistik dari Kementrian Pemuda dan Olahraga hanya sekitar 35,7 % dari keseluruhan penduduk Indonesia. Data ini diambil pada tahun 2018, dan responden nya adalah warga Indonesia yang berada diatas 5 tahun. Angka 35,7% ini tergolong kecil untuk keseluruhan jumlah penduduk Indonesia. Ada yang salah dengan minat warga Indonesia terhadap olahraga?
Saya akan mencoba bandingkan bagaimana pelajaran olahraga di Indonesia di ajarkan pada saat saya bersekolah dahulu dengan bagaimana saya melihat anak-anak saya mendapat pelajaran olahraga disini (Qatar). Di Indonesia, pelajaran olahraga cenderung teoritis kurang aplikatif. Bingung juga, saat saya sebagai siswa, kami lebih disibukkan dengan menghapal ukuran lapangan bola, lapangan voli, ukuran lapangan lempar lembing dan berat tolak peluru atau bola basket. Jelas menurut saya, pelajaran olahraga ini tidak menstimulasi minat olahraga pada anak-anak. Saya juga bingung kebermanfaatan menghapal kan hal-hal tersebut untuk digunakan kemudian hari. Apakah kami disiapkan untuk membuat lapangannya di kemudian hari😛🤭 atau diharapkan untuk memproduksi peralatan olahraga seperti tolak peluru, bola basket atau lempar lembing secara mandiri😆😆.
Saya bandingkan dengan bagaimana anak saya mendapatkan pelajaran olahraga di sekolahnya. Betapa lebih beruntungnya mereka dibandingkan saya dahulu. Mereka langsung dilatih skill olahraga nya. Saat pelajaran berenang, ya mereka di bawa ke kolam renang untuk berenang. Saat pelajaran senam mereka dibawa ke main hall untuk berlatih senam. Begitu seterusnya untuk pelajaran olahraga lain.
Anak-anak saya sejak dini sudah diperkenalkan dengan berbagai jenis olahraga di sekolahnya, sehingga mudah menemukan apa yang menjadi minatnya. Eh tapi bukan berarti mereka tidak diberikan teori dalam pelajaran olahraganya. Mereka tetap diajarkan teori namun teorinya lebih mengarah ke pelajaran biologi seperti bagaimana cara kerja jantung, memperkenalkan fisiologis tubuh seperti, tulang, sendi dan otot. Menurut saya pribadi, itu lebih relevan dan bermanfaat daripada disuruh menghapal ukuran lapangan dan bola😅.
Masalah selanjutnya yang sering membuat anak-anak Indonesia terutama siswa wanita lebih malas dalam berolahraga adalah faktor guru. Jarang sekali kita temui guru olahraga wanita di sekolahan. Guru olahraga umumnya laki-laki, hal ini jelas kurang menguntungkan bagi siswa wanita. Dulu saya merasa kurang bebas melakukan kegiatan olahraga di depan para pria, ditambah lagi risiko pelecehan yang tinggi. Idealnya pelajaran olahraga di bagi antara siswa wanita dan pria dan setiap sekolah layaknya mempunyai guru olahraga wanita.
Sekolah di Indonesia terlihat kurang baik dalam merespon dan mengapresiasi bakat olahraga anak. Sekolah lebih banyak mengapresiasi anak-anak yang memiliki kemampuan kognitif. Event pertandingan olahraga antar sekolah pun masih relatif sedikit. Lebih banyak kita temui event-event olimpiade bidang mata pelajaran tertentu.
“Sports is good for health and for children, it gives them manhood, courage, teaches them team work and coordination. Sports is something that is so crucial, it makes everything.”
Hakeem Olajuwon
Padahal minat anak terhadap olahraga sejak dini akan berdampak pada gaya hidup dan values yang akan dipegangnya nya sampai usia dewasa kelak. Apa saja sih manfaat yang diperoleh anak saat berolahraga?
- Olahraga pastinya sangat baik untuk fisik anak. Memperkuat tulang dan otot, memperbaiki kerja jantung dan paru.
- Olahraga meningkat refleks, seseorang yang terbiasa berolahraga mempunyai gerakan refleks yang lebih cepat dibandingkan yang tidak berolahraga. Misal saat menangkap barang yang jatuh, atau menghindar dari serangan yang dilakukan oleh orang lain, mereka terbukti lebih cepat daripada yang jarang olahraga.
- Olahraga meningkat atensi dan fokus anak. Setelah melakukan olahraga, fokus seseorang dalam melakukan pekerjaannya bisa bertahan sampai dengan 2 jam.
- Olahraga memperbaiki mood, saat berolahraga tubuh langsung melepaskan hormon-hormon seperti endorfin, serotonin dan dopamine. Kita tahu bahwa endorfin adalah hormon yang mengontrol rasa sakit dan senang. Jumlah endorfin yang diproduksi tubuh akan mempengaruhi mood dan memberikan perasaan euforia. Jadi wajar orang yang rutin berolahraga selalu terlihat bahagia😃.
- Olahraga mengubah mindset dan keuletan anak. Saat anak pertama kali diperkenalkan dengan olahraga, wajar mereka mengalami kesulitan. Lama kelamaan dengan latihan rutin yang tak pernah putus, performa anak pastinya akan lebih baik. Konsep ini mengajarkan anak betapa pentingnya usaha dan keuletan. Mereka belajar “usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil”, semua berawal dari ketidakbisaan, latihan yang konsisten yang akan membawa perubahan.
- Selain itu mindset learning through failure, olahraga membentuk anak menjadi pribadi yang resilient (tangguh). Mereka belajar menghadapi kegagalannya dan akan selalu berusaha “bounce back”
- Olahraga menurunkan resiko depresi karena mampu menekan hormon cortisol dan menaikkan endorfin. Olahraga memungkin anak mendapatkan supporting group sehingga menaikkan self esteem and confidence.
- Olahraga juga mengurangi durasi anak bermain gadgets. Nah ini sering kita dengar orangtua bingung bagaimana membatasi waktu bermain gadget anak. Salah satu nya dengan melibatkan anak pada satu jenis olahraga yang di gemari nya.
- Melatih anak untuk menjadi pribadi yang sportif, tidak defensif. Salah satunya, mampu menghargai prestasi orang lain, dan mengakui kelemahan diri sendiri.
- Dan tak lupa, olahraga melatih keterampilan sosial anak. Bagaimana anak belajar berinteraksi dengan teman-temannya, bagaimana dia berinteraksi dalam lingkungan baru, mengatasi konflik, semua dapat diperoleh dari olahraga.
Pastinya tidak hanya terbatas itu saja, masih banyak lagi manfaat olahraga lainnya yang bisa di dapatkan oleh anak. Jadi mari mulai kita tingkatkan awareness berolahraga, di mulai dari diri sendiri dan keluarga. Dengan mulai menanamkan gaya hidup sehat sejak dini, sejatinya merupakan ikhtiar kita sebagai orangtua untuk meperjuangkan kesehatan bagi anak cucu di saat tua kelak.
“Those who think they have no time for exercise, will sooner or later have to find time for illness.”
Edward Stanley
Referensi:
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/25413542/
https://www.ted.com/talks/wendy_suzuki_the_brain_changing_benefits_of_exercise/up-next?language=en
Wah menarik sekali artikelnya, Mbak Fina. Memang benar, pelajaran olahraga seharusnya lebih banyak praktik daripada menghapal teori 😄 menarik juga mengetahui fakta kondisi sekolah dan pelajaran pendidikan jasmani di negara Qatar. Jadi tambah wawasan deh
LikeLike
Makasih sudah mampir mba❤
LikeLike
Huhu sejujurnya aku jarang olahraga, tapi pingin anakku kelak rajin olahraga agar badannya sehat. Mungkin karena daridulu keluargaku juga jarang olahraga dan lebih fokus ke akademik atau karir.
Setuju banget kalau di Indonesia itu jarang ada pelatih wanita, jadinya suka nggak enak kalau olahraga karena secara dilihatin sama laki-laki.
Btw, salam kenal aku dari kelasnya mba dedew hehe
LikeLike
Iya mba, generasi anak-anak kita harus lebih tinggi awareness tentang kesehatan nya dibandingkan kita dahulu. Iya mba salam kenal
LikeLike
Wah mbak ini bener banget sih, saya gak suka pelajaran olahraga ya salah satu faktornya karena gurunya laki-laki 😅
LikeLike
Iya, harapannya semoga semakin banyak guru-guru olahraga wanita di setiap sekolah mba.
LikeLike
waa, dikau jauh di timur tengah rupanya mbak, ketemunya di ruangaksara juga hehehe, anyway it’s nice posting mbak. salam kenal saya sita.
LikeLike
Salam kenal juga mba😊 makasih sudah bersedia mampir
LikeLiked by 1 person
Problematis ya nggak ada guru olahraga perempuan..aku juga menyayangkan itu..semoga aja banyak yang tertarik sama pendidikan guru penjas ke depannya.. nice article mbak!
LikeLike
Iya mba miris. Makasih ya mba sudah bersedia mampir😊
LikeLiked by 1 person
Bener banget, dulu aku sedih mau olahraga ga ada lapangannya karena lapangan dipake anak cowok main bola. Cewwknya diem duduk2 di pinggir lapangan
LikeLike
Iya samalah kita mba pengalamannya😅
LikeLike
Kok sama seperti saya dulu mbak. ..ngapalin luas lap bola, lap volly…makanya sekarang sepakbola oun hanya pandai jadi suporter dan komentator olahraga doang ..
Main kagak. ..tp komentar pinter ya Mbak ..
Jauh banget di Qatar ya mbak .salam deh
LikeLike
Salam kenal juga mba, makasih sudah bersedia mampir
LikeLike
Keren 😍 smp ada data sbg penguat tulisan
LikeLike
Makasih sudah bersedia mampir mba
LikeLike
Waktu sekolah, olahraga adalah pelajaran yang paling aku tidak suka. Bisa jadi karena aku ga pede atau risih di depan laki-laki baik teman maupun guru. Jadi setuju banget kalau seharusnya saat olahraga dipisahkan antara laki2 dan perempuan.
Quote terakhirnya makjleb banget deh, Mbak …time for illness hihi… ^^
LikeLike
Makasih mba rina ❤
LikeLiked by 1 person
Wah di Qatar memperhatikan sampai sedetail itu ya. Keren
Terimakasih ceritanya mba, jadi tau bagaimana pembelajaran disana ❤️
LikeLike
Sama2 mba❤
LikeLike
Iyes bgt, ya ampun dlu ampe mumet kalo mau ujian teori mesti ngapalin luas lapangan bola, sampe ngapalin gaya renang pdhl renang aja ga bisa 😂 hampir semua cabang olahraga ngga ada yg dikuasai mungkin krn seperti mba sebutkan td beberapa faktornya. Terutama krn gurunya cowok, berasa risih, ga bebas mau gerak jg 🤭
Btw artikelnya bagus ada statistik data dukungnya jg.
Salam kenal mba, saya eva dr ruangaksara
LikeLike
Salam kenal juga mba eva❤
LikeLike
Klo di indo malah kadang pas pelajaran olahraga muridnya dimana gurunya dimana. Ga beraturan aja gt..klo pas materinya renang, karena lokasinya di luar sekolah jd kek momen kebebasan gitu..mencar ga tau kemana 😀
LikeLike
Hahahah betul mba, dulu saya jam olahraga malah kesempatan nongkrong di kantin😆
LikeLike
Terlebih saat pandemi seperti ini….pelajaran olahraga di sekolah juga jadi terbatas..akhirnya tetap mencoba kenalkan olahraga pada anak secara sederhana…setidaknya berjalan kaki seputar rumah🤭
LikeLike
Bener mba, harus itu👍👍
LikeLike
mulai banyak olahraga itu pas menjelang persalinan, abis itu udah deh lupa lagi 😄😄, btw terima kasih motivasinya mbaak hihi jadi pengen olahraga rutin
LikeLike
Sama2 mba, makasih sudah mampir❤
LikeLike
Olahraga jadi pelajaran favoritku di masa sekolah, Mbak. Seneng banget rasanya bisa keluar ruangan. Salam kenal Mbak, saya Dyan dari ruang aksara 🙂
LikeLike
Salam kenal mba dyan saya fina. Sama mba, ini juga pelajaran favorit ku🙂
LikeLike
Iya setuju mbak Fina, kurikulum Indonesia ini ajaib banget, pelajaran olahraga dan sejarah misalnya malah teorinya banyak hapalan ukuran lapangan, hapal tahun perang, padahal kalau dipraktekkan langsung untuk olahraga seru, sejarah dijadikan story’ telling ngga melulu hapal tanggal bakal seru…
LikeLike
Iya mba dewi, pastinya anak2 semakin tertarik untuk belajar mata pelajaran tersebut.
LikeLike